Menulis adalah media untuk mentransformasi energi - pengetahuan kedalam bentuk tulisan

Ied Mubarok 1441 Hijriah

Rogojampi – Banyuwangi, 27 Mei 2020

Lebaran adalah momen bagi seorang muslim untuk kembali Fitrah (suci), setelah melaksanakan puasa penuh dibulan Ramadhan yang merupakan salah satu rukun islam yang keempat. Setelah menahan lapar dan haus serta mengendalikan dari nafsu, amarah dan syahwat selama satu bulan penuh, disempurnakan dengan melaksanakan ibadah zakat fitrah diiringi gema takbir menggema disepanjang malam, tiba saatnya dimana hari kemenangan untuk umat islam telah tiba. Hari raya Idul Fitri 1441 Hijriyah, adalah momen sakral untuk umat islam diseluruh dunia, untuk saling memaafkan, khsusunya Indonesia. Dimana setiap muslim saling bersalam-salaman sebagai bentuk ikatan silaturohmi dan rasa saling memaafkan atas kesalahan yang dilakukan baik sengaja maupun tidak, selama hidup berdampingan. Budaya bersalaman-salam dan bermaaf-maafan ini hanya ada di Indonesia. Karena masing – masing negara memiliki budaya atau adat istiadat sendiri untuk memeriahkan hari kemenangan Idul Fitri.
Namun momen lebaran pada tahun ini berbeda jauh dari momen lebaran sebelumnya, setelah pandemi Covid19 melanda Indonesia semenjak bulan Maret 2020 lalu. Momen lebaran kali ini sesuai dengan arahan dan intruksi dari pemerintah untuk melaksanakan ibadah solat Ied dirumah bersama kelaurga,  dan momen silaturohmi dengan kelaurga atau saudara yang jauh menggunakan media eletronik yaitu smartphone dengan video call an. Momen itu terjadi hampir diseluruh wilayah atau daerah yang ada di Indonesia, khususnya daerah yang terdapat pasien Covid19. Mereka harus melaksanakan kegiatan solat tarowih, solat ied dan momen silaturohmi dirumah saja, tidak boleh keluar untuk bertamu dari rumah ke rumah, atau berkumpul bersama dengan saudara atau mengadakan open house di momen lebaran ini. Tak ada lagi suasana hari raya yang ramai dengan gema takbir diiringi budaya bersalam-salaman, sebagai perwujudan rasa saling memaafkan antara sesama muslim. Hanya sebatas ucapan permohonan maaf yang bisa dikirim via WA, via Sosmed ataupun media online lainnya tanpa bisa untuk bertatap mata. Momen Idul Fitri tahun ini begitu formal tanpa ada kebebasan untuk mengekspresikan segala perasaan kasih sayang kepada keluarga atau saudara dan tetangga. Namun kebijakan pemerintah itu harus dilaksakanan, tidak lepas untuk kebaikan dan keselamatan rakyat Indonesia. Dimana pandemi Covid19 ini tidak bisa dianggap enteng atau sebelah mata, karena data sampai saat ini masih mengalami kenaikan.
Tak terkecuali momen Idul Fitri di tempat kami, kecamatan Rogojampi kabupaten Banyuwangi. Dimana setiap daerah yang melaksanakan ibadah solat Ied bersama di masjid, harus memperhatikan protokoler kesehatan yang telah diumumkan oleh pemerintah daerah setempat. Masjid Jami Baitur Rojim Rogojampi, pada hari Minggu 24 Mei 2020, melaksanakan solat ied berjamaah. Pagi sekali sudah banyak masyarakat sekitar berdatangan untuk melaksanakan solat ied bersama. Bagi jamaah diharapkan untuk mematuhi protokoler yang sudah ditetapkan oleh pemerintah setempat, yaitu dengan memakai masker, membawa sajadah atau alas sendiri untuk solat, dan juga jaga jarak antara sesama jamaah, sesuai tanda pada tiap shof solat yang telah diberikan takmir masjid setempat. Ditengah pandemi Covid19 yang melanda, para jamaah antusias sekali untuk mengikuti solat ied berjamaah dan mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh khotib. Suasana haru bercampur bahagia, mungkin saudara kita yang ada didaerah lain tidak dapat mengikuti solat ied berjamaah sebagaimana yang kita kerjakan. Mereka harus dirumah melaksanakan solat ied tanpa bisa bertemu dan berkumpul dengan saudara atau tetangga. Mengucap kalimat takbir hanya bersama keluarga dirumah saja, menikmati lebaran dirumah saja bersama kelurga sendiri. Bagi meraka yang bekerja diluar daerah tidak bisa mudik untuk lebaran bersama kelaurga, ingin sungkem dengan orang tuanya, ingin menikmati lebaran bersama keluarga dirumah, ingin menikmati momen silaturohmi dengan saudara atau tetangga. Namun momen itu hanyalah keinginan semata tanpa bisa mewujudkannya. Momen lebaran tahun ini sangatlah berbeda dengan kehadiran corona. Para jamaah dengan khusus dan istiqomah mendengarkan khotbah yang khotib bacakan. Kita semua disini merasakan hal yang sama, merasakan perasaan yang sama, bahwa hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah ini meninggalkan kesan yang mendalam untuk umat muslim yang ada di seluruh dunia.
Selesai melaksanakan solat ied bersama, para jamaah segera membubarkan diri dan pulang ke rumah masing- masing. Pelaksanaan solat ied berjamaah berjalan begitu khidmatnya, mulai awal sampai akhir karena didampingi penuh oleh polsek setempat. Sebelum kembali ke rumah masing – masing, para jamaah biasanya melaksanakan nyekar di pemakaman umum yang ada didesa Rogojampi tepatnya di dusun Krajan. Banyak dari mereka berkunjung ke makam orang tua, saudara atau sesepuh terdahulu yang telah lama meninggal. Kebanyakan dari mereka membacakan yasin dan tahlil didepan makam pendahulunya, sebagai bentuk permintaan doa kepada Allah SWT untuk almarhum dan almarhumah yang telah lama meninggal. Meskipun momen itu biasanya terjadi tiap bulan sekali atau menjelang bulan Ramadhan tradisi nyekar bersama ini dilakukan, akan tetapi pas momen hari raya Idul Fitri ini terasa berbeda. Kalo kedua orang tua masih ada kita bisa sungkem dan memohon maaf langsung kepada mereka berdua, namun ketika salah satu dari mereka telah tiada, momen nyekar di hari lebaran menjadi salah satu momen yang sakral untuk berdoa dan memohon maaf kepada almarhum/ almarhumah. Ini menjadi bukti bahwa ikatan itu masih ada dengan berbagai bentuk penghormatan kepada almarhum/ almarhumah dengan harapan semoga mereka di alam kubur selalu mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan. Tanpa mengurangi keamanan kesehatan, didepan pintu pemakaman biasanya disediakan tempat cuci tangan beserta sabun cair, ada juga hand sanitizer sebagai protokoler kesehatan yang wajib dilaksanakan. Masing – masing dari mereka diwajibkan menggunakan masker sebagai pelindung pernafasan.
Momen silaturohmi dengan bersalam – salaman dengan keluarga, saudara dan tetangga masih berjalan di Rogojampi, meski disaat pandemi Covid19 melanda. Tanpa mengurangi momen sakral ini, hal pertama yang dilakukan adalah meminta maaf atau sungkeman kepada kedua orang tua, setelah itu bersalaman dengan saudara, tak lupa ke tetangga disekitar rumah. Meski tak seramai tahun lalu, namun momen silaturohmi ini tetap ada dan berjalan seperti biasanya, dari rumah ke rumah. Dari situlah baru kita sadari betapa berharganya momen ini ketika sebagian orang tidak bisa melakukannya. Mereka yang sebagai urban tidak bisa mudik tahun  ini, hanya bisa berlebaran sendiri dirumah tanpa bisa keluar untuk silaturohmi dengan tetangga. Mereka ingin melewati momen lebaran bersama  orang tua atau orang tercinta dirumah, namun banyak sekali halangan dan konsekuensi yang harus mereka terima, bahkan jika dipaksa pun tidak akan bisa berkumpul bersama keluarga karena harus melaksanakan karantina daerah atau mandiri. Meski pun ada kurang lebih 50 kepala kelaurga yang mendiami lingkungan Krajan Rogojampi, namun tidak mengurangi momen silaturohmi di hari raya Idul Fitri tahun ini. Susana lebaran yang khas dari momen lainnya, dimana ada kesempatan untuk meminta maaf dengan kedua orang tua dan saudara, bersilaturohmi dan bersalaman dengan tetangga, momen makan ketupat dan opor ayam bersama keluarga, foto bersama dan masih banyak lagi momen yang indah di hari raya. Dengan selalu tetap menjaga protokoler kesehatan, di tempat – tempat tertentu disediakan tempat cuci tangan beserta hand sanitazernya, tetap menggunakan masker untuk berkeliling dari rumah satu kerumah lainnya. Berangkat dari rumah cuci tangan dan kembali ke rumah dengan mencuci tangan sampai bersih. Karena ada didaerah lainnya, setelah melaksanakan solat ied dirumah atau dimasjid, mereka pulang kembali ke rumah dengan tidak menerima tamu dari luar. Pasti suasana hari raya didaerah tersebut sangat sepi sekali, bagai pasar yang tidak berpenghuni. Harusnya di hari lebaran saatnya untuk memperingati hari  kemenangan, namun mereka tidak ada kesempatan untuk memperingatinya bersama saudara atau tetangga. Karena banyak pertimbangan yang mereka ambil ketika harus lebaran dirumah saja atau bersama bersama saudara dan tetangga. Tentunya itu semua dilakukan untuk kebaikan bersamanya agar masyarakat bisa menjaga kesehatan dan keamanan diwilayah masing – masing.


Corona cepatlah berlalu
Agar mereka yang ingin berjumpa dengan keluarganya bisa bertemu
Corona cepatlah berakhir
Agar tiap – tiap anak bisa dipertemukan kembali dengan orang tuanya
Corona cepatlah pergi
Agar kami semua bisa kembali melewati hari seperti dulu lagi
Minal Aidin Wa Faidin – Mohon Maaf Lahir & batin
Semoga kita semua dipertemukan dengan Ramadhan kembali

Penulis,
Pena Panuluh

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ied Mubarok 1441 Hijriah"

Posting Komentar