Dalam
kehidupan kita banyak belajar, apa itu arti hidup apa itu arti berjuang,
bertahan untuk sesuatu yang kita anggap berharga. Dalam kehidupan kita banyak
belajar tentang logika kehidupan, estetika dalam hidup dan etika dalam
menjalani hidup. Dalam kehidupan kita belajar menikmati proses, mulai dari
dalam gendongan sampai nanti digendong karena tak mampu lagi untuk berbuat
apa-apa. Itu adalah kalam dari Sang Ilahi yang tak dapat kita pungkiri bersama,
karena kita sebagai mahluknya yang tak punya daya apa-apa tanpa kekuatan
dariNya. Dalam kehidupan kita juga belajar apa arti analogi sebagai refleksi realita
yang ada sebagai perwujudan karakter alamiah dari manusia sebagai mahluk
sempurna dari lainnya. Dimana manusia diberikan akal pikiran dan nafsu sebagai
pembeda dari mahluk lainnya, dimana ketika manusia itu baik maka ia lebih mulia
dari malaikat, dimana manusia itu buruk maka lebih rendah dari hewan. Karena manusia
memiliki keduanya, yang tak bisa dimiliki oleh mahluk lainnya.
Dalam
alam pikir manusia terdapat ada banyak sekat dan ruang dimensi kosong sebagai
penafsiran buah hasil pemikiran. Dimana tiap detik otak kita tidak berhenti untuk
berfikir, bahkan saat tidur dialam bawah sadar kita bermimpi tentang sesuatu. Sistim
yang bekerja secara sistemasti dan otomatis ini merupakan anuerah yang luar
biasa yang diberikan oleh Tuhan kepada mahluknya yang perlu kita jaga kemurnian
dan kenormalannya. Karena manusia diberikan akal maka ia dapat menerbangkan
besi ke atas langit, ia dapat menjalankan besi diatas air, mengeluarkan isi bumi
bahkan bisa menahlukkan dunia. Kekuatan dahsyat berupa akal yang menjadi
kekuatan luar biasa yang manusia miliki. Namun ada kekuatan yang tak terlihat
tapi lebih dahsyat dari akal pemikiran manusia, yaitu perasaan yang bersemahyam
didalam hati setiap manusia. Dimana ketika hati itu menjadi baik, maka baiklah
seluruh anggota tubuh manusia itu, begitu sebaliknya.
Akal dan perasaan haruslah berjalan
sejajar dengan rule kejujuran dan harmonisasi disetiap langkah-langkahnya. “Everything
is connected” mungkin itu istilah yang tepat untuk menggambarkan kerjasama
antara akal dengan perasaan dimana satu dengan lainnya saling keterkaitan dan keterikatan
yang tak dapat dipisahkan. Jika akal sebagai navigasi handal maka perasaan sebagai
selimut yang setiap saat siap jika dibutuhkan. Jika akal sebagai pemimpin maka
perasaan sebagai penasehat yang dengan bijak menjadi tempat petimbangan dalam
mengambil keputusan. Karena dalam hidup banyak hal yang bisa kita temukan dan
pelajari.
“Belajarlah
dari sifat Air yang selalu memberikan kehidupan untuk mahluk yang lain”, dimana
air menjadi kebutuhan utama untuk setiap mahluk, ia rela bagian tubuhkan
diambil untuk kebutuhan mahluk lain untuk kelangsungan hidupnya tanpa mengharap
pujian atau imbalan. Itulah ilmu kemanfaatan yang bisa dipetik
dari setetes Air.
“Belajarlah
dari sifat Tanah yang selalu merendah dalam hal logika, estetika dan etika”, dimana tanah adalah
mahluk yang mempunyai tugas sebagai menopang kehidupan mahluk lainnya. Meski
posisinya sebagai batu injakan setiap mahluk, dimana setiap kaki berjalan
diatas tubuhnya, namun ia tak pernah mengeluh apalagi marah, bahkan ia ikhlas
menerima tugas dan menikmatinya. Itulah Ilmu Kerendahan hati yang bisa
dipetik dari segumpal Tanah.
“Belajarlah
dari sifat Angin yang selalu memberikan rasa damai dan sejuk untuk setiap
mahluk”, dimana angin bertiup dari tempat yang tinggi
ke tempat yang lebih rendah, memberikan sentuhan kesejukan dan harmonisasi alam
kepada setiap mahluk. Itulah Ilmu Kedamaian Sejati yang bisa
dipetik dari semilir Angin.
“Dan
Belajarlah dari sifat Api yang tak pernah padam membarakan semangat dan niat”, dimana
api selalu membakar apa-apa yang ada didepannya sampai habis, dan memberikan energi
luar biasa untuk mencapai suatu tujuan. Itulah Ilmu Semangat Pantang Menyerah yang
bisa dipetik dari sebuah Api.
Banyuwangi,
27 Juni 2020
Pena
Panuluh
0 Response to "ANALOGI KEHIDUPAN JILID I"
Posting Komentar