Menulis adalah media untuk mentransformasi energi - pengetahuan kedalam bentuk tulisan

ANALOGI KEHIDUPAN JILID I




Dalam kehidupan kita banyak belajar, apa itu arti hidup apa itu arti berjuang, bertahan untuk sesuatu yang kita anggap berharga. Dalam kehidupan kita banyak belajar tentang logika kehidupan, estetika dalam hidup dan etika dalam menjalani hidup. Dalam kehidupan kita belajar menikmati proses, mulai dari dalam gendongan sampai nanti digendong karena tak mampu lagi untuk berbuat apa-apa. Itu adalah kalam dari Sang Ilahi yang tak dapat kita pungkiri bersama, karena kita sebagai mahluknya yang tak punya daya apa-apa tanpa kekuatan dariNya. Dalam kehidupan kita juga belajar apa arti analogi sebagai refleksi realita yang ada sebagai perwujudan karakter alamiah dari manusia sebagai mahluk sempurna dari lainnya. Dimana manusia diberikan akal pikiran dan nafsu sebagai pembeda dari mahluk lainnya, dimana ketika manusia itu baik maka ia lebih mulia dari malaikat, dimana manusia itu buruk maka lebih rendah dari hewan. Karena manusia memiliki keduanya, yang tak bisa dimiliki oleh mahluk lainnya.
Dalam alam pikir manusia terdapat ada banyak sekat dan ruang dimensi kosong sebagai penafsiran buah hasil pemikiran. Dimana tiap detik otak kita tidak berhenti untuk berfikir, bahkan saat tidur dialam bawah sadar kita bermimpi tentang sesuatu. Sistim yang bekerja secara sistemasti dan otomatis ini merupakan anuerah yang luar biasa yang diberikan oleh Tuhan kepada mahluknya yang perlu kita jaga kemurnian dan kenormalannya. Karena manusia diberikan akal maka ia dapat menerbangkan besi ke atas langit, ia dapat menjalankan besi diatas air, mengeluarkan isi bumi bahkan bisa menahlukkan dunia. Kekuatan dahsyat berupa akal yang menjadi kekuatan luar biasa yang manusia miliki. Namun ada kekuatan yang tak terlihat tapi lebih dahsyat dari akal pemikiran manusia, yaitu perasaan yang bersemahyam didalam hati setiap manusia. Dimana ketika hati itu menjadi baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh manusia itu, begitu sebaliknya.
        Akal dan perasaan haruslah berjalan sejajar dengan rule kejujuran dan harmonisasi disetiap langkah-langkahnya. “Everything is connected” mungkin itu istilah yang tepat untuk menggambarkan kerjasama antara akal dengan perasaan dimana satu dengan lainnya saling keterkaitan dan keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Jika akal sebagai navigasi handal maka perasaan sebagai selimut yang setiap saat siap jika dibutuhkan. Jika akal sebagai pemimpin maka perasaan sebagai penasehat yang dengan bijak menjadi tempat petimbangan dalam mengambil keputusan. Karena dalam hidup banyak hal yang bisa kita temukan dan pelajari.

“Belajarlah dari sifat Air yang selalu memberikan kehidupan untuk mahluk yang lain”, dimana air menjadi kebutuhan utama untuk setiap mahluk, ia rela bagian tubuhkan diambil untuk kebutuhan mahluk lain untuk kelangsungan hidupnya tanpa mengharap pujian atau imbalan. Itulah ilmu kemanfaatan yang bisa dipetik dari setetes Air.

“Belajarlah dari sifat Tanah yang selalu merendah dalam hal logika, estetika dan etika”, dimana tanah adalah mahluk yang mempunyai tugas sebagai menopang kehidupan mahluk lainnya. Meski posisinya sebagai batu injakan setiap mahluk, dimana setiap kaki berjalan diatas tubuhnya, namun ia tak pernah mengeluh apalagi marah, bahkan ia ikhlas menerima tugas dan menikmatinya. Itulah Ilmu Kerendahan hati yang bisa dipetik dari segumpal Tanah.

“Belajarlah dari sifat Angin yang selalu memberikan rasa damai dan sejuk untuk setiap mahluk”, dimana angin bertiup dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, memberikan sentuhan kesejukan dan harmonisasi alam kepada setiap mahluk. Itulah Ilmu Kedamaian Sejati yang bisa dipetik dari semilir Angin.

“Dan Belajarlah dari sifat Api yang tak pernah padam membarakan semangat dan niat”, dimana api selalu membakar apa-apa yang ada didepannya sampai habis, dan memberikan energi luar biasa untuk mencapai suatu tujuan. Itulah Ilmu Semangat Pantang Menyerah yang bisa dipetik dari sebuah Api.

Banyuwangi, 27 Juni 2020

Pena Panuluh

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ANALOGI KEHIDUPAN JILID I"

Posting Komentar